PENYAKIT PADA UNGGAS
Sumber – sumber penyakit :
1. Parasit (Protozoa, cacing)
2. Jamur
3. Bakteri
4. Virus
A. Protozoa
· Koksidiosis
Penyebabnya adalah sejumlah protozoa yang tidak hanya menyerang saluran pencernaan tetapi juga mempunyai suatu tahapan dalam siklus hidup protozoa itu yang berada diluar tubuh ayam. Pada mulanya koksidia berasal dari alas (litter) dari unggas yang dipelihara secara umbaran. Koksidia menyebabkan luka pada sel-sel yang melapisi usus. Perdarahan usus terlihat pada feses. Koksidia berada 4-7 hari dalam tubuh unggas sebelum keluar bersama feses untuk memulai tahap siklus eksternal. Apabila alas (litter) cukup hangat dan lembab, suatu proses yang disebut sporulasi terjadi dalam 24-48 jam, dan infeksi dapat mulai lagi.
Gejala yang terjadi adalah ayam mengalami diare, enteritis, dan kotorannya bercampur darah. Menyerang ayam muda yang berumur 4-14 minggu. Terjadi karena kondisi litter yang ahngat dan kelembapan yang tinggi.
Pengobatan dan pencegahan meliputi usaha pengurangan konsentrasi atau jumlah ayam untuk suatu luasan kandang, menjaga alas kandang tetap kering, dan penggunaan obat yang disebut anti-koksidia. Ayam petelur dengan pemeliharaan terkurung dapat melenyapkan penyakit itu dengan cara memutuskan siklus hidup koksidia. Ayam pedaging atau ayam bibitnya dapat dilindungi dengan menggunakan kandang yang kering dan penggunaan anti koksidia dalam pakan untuk mencegah infeksi. Hampir seluruh ransum komersial untuk ayam pedaging sekarang telah dibubuhi bahan anti koksidia secara rutin.
· Leucocytozoonosis (penyakit malaria ayam)
Penyebab Leucocytozoon andrews
Gejala serangan ini akan lebih ganas (akut) jika ayam atau unggas lainnya masih muda, sedangkan pada ayam ayng lebih tua bersifat kronis. Penyakit ini menyerang secara tiba-tiba. Ayam akan menunjukkan gejala berupa terjadi anorexia, kehausan, kehilangan keseimbangan, lemah dan anemia. Gejala ini akan diikuti kematian dengan tingkat bervariasi. Namun, angka kematian biasanya cukup tinggi. Ayam yang telah terinfeksi beberapa hari akn tampak splenomegaly (pembengkakan pada limpa). Hepatomegaly (pembengkakkan pada hati), dan anemia.
Pencegahan bisa dilakuakn dengan cara memelihara ayam di tempat yang bebas dari lalat hitam (black files) dan nyamuk. Membersihkan semua sungai, parit, dan rawa agar tetap bersih dan air bisa mengalir. Menyingkrkan atau mengafkir ayam yang sudah tua karena akan menjadi carrier (pembawa penyakit). Berusaha menolak semua ayam yang berasal dari daerah yang terjangkit penyakit ini.
Pengobatan belum ada obat yang efektif untuk mengatasi penyakit leucocytozoosis.
Cacing
· Gapeworms (Syngamus Trachea)
Cacing ini menyebabkan penyakit tracheitis di daerah yang diserang. Gejala ayam yang terserang penyakit ini diantaranya megap-megap, susah napas, kepala digoyang-goyangkan, pertumbuhan terhambat, kurus, dan lemah. Ayam terlihat sering menguap akibat adanya gangguan pernapasan yang disebabkan penumpukkan lendir dalam trakhea. pengobatan bisa dilakukan dengan menggunakan barium antimonyl tartrate dan Thiabendazole 0,1 %.
· Cropworms
Cacing ini menyerang tembolok dan kerongkongan. Cacing ini mmenyebabkan kekebalan di daerah mukosa. Ayam yang diserang cacing ini akan mengalami anemia dan menjadi kurus. Pengobatan dengan piperazine 100 mg/kg BB.
· Cacing yang menyerang daerah proventriculus
Cacing ini menyerang proventriculus ayam yaitu dispharyng, tetramers, dan cyrnea. Serangan nematode ini akan menyebabkan lesi yang meliputi mucosal ulceration dengan perdarahan, nekrosis, dan terjadi pembengkakan. Pengobatan dengan flubenol 20 ppm.
· Gizzadworms (Cheilospirura dan Amidostomum)
Cacing ini menyerang ventriculus. Cacing ini menyebabkan nekrotik dan pecah-pecah di dinding ventriculus. Pengobatan dengan piperazine 100 mg/kg BB.
· Capillariosis
Penyakit ini disebabkan oleh cacing Capillaria caudinflata dan Capillaria obsignata yang terdapat di usus halus serta Capillaria annulata terdapat di tembolok dan oesophagus. Spesies lainnya terdapat di proventriculuus dan sekum.
Gejala adanya serangan cacing capillariosis adalah usus halus meradang, ayam mengalami diare, ayam menjadi lemah, dan kurus , serta terjadi anemia. Produksi telur menurun, pertumbuhan kurang baik, dan fertilitas menurun.
Pengobatan dengan flubenol 20 ppm.
B. Jamur
· Aspergillosus
Penyebabnya adalah Aspergillosus fumigatus.
Gejala penyakit pernafasan dengan ciri megap-megap dan bernafas cepat, kehilangan nafsu makan, dan rasa haus yang meningkat. Ayam mengalami penurunan berat badan dan menunjukkan beberapa tanda kelainan pada sistem susunan saraf pusat. Penyakit ini disebabkan oleh jamur, wabah pada umumnya terjadi hanya jika keadaan kelembapan alas (litter) mendukung pertumbuhan jamur. Spora-spora dari jamur masuk ke udara dan dihirup oleh ayam lalu mengakibatkan aspergillosis.
Untuk penyakit ini tidak ada pengobatannya, pemberian nistatin atau amphotericin-B bisa dicoba. Pemberian antibiotic hanya bisa mencegah penyakit selama 3-5 hari. Pencegahan dilakukan dengan menjaga makanan dan alas (litter) agar tetap rendah kandungan uap airnya hingga pertumbuhan jamur dapat dicegah.
C. Bakteri
· Fowl Cholera
Penyebab Pasteurella multocida
Gejala penyakit ini menyerang ayam secara akut dengan tingkat terserang (morbidity) dan kematian (mortality) sangat tinggi. Gejala ayam yang terserang kolera diantaranya terjadi anorexia, deprresi, hidung, dan mulut berisi lender, diare dengan cairan putih, atau diare berwarna hijau (berak hijau). Sering ditemukan adanya pembengkakan didaerah persendian, daerah telinga, telapak kaki, dan otot. Kadang-kadang ditemukan beberapa ayam yang kepalanya berputar-putar (torticolis). Exudate tampak seperti keju dan sering menumpuk di daerah conjuctival sac atau daerah saluran mata (infraorbital sinus). Jika serangan sangat ganas, di bagian hati akan ditemukan goresan yang berhamburan. Selanjutnya akan membentuk luka kecil berlubang atau corn meal liver. Fili-fili usus menebal hingga usus mirip handuk.
Pencegahan meningkatkan program sanitasi karena Pasteurella multocida sangat mudah dihancurkan dengan desinfektan, sinar matahari, panas, dan keadaan lingkungan yang kering. Ayam yang terinfeksi atau mati harus segera dipisahkan atau dimusnahkan sebelum ayam tersebut saling mematuk (kanibal). Program vaksinasi dilakukan dengan memberikan oil emulsion bacterin yang diberikan ketika ayam berumur 8-12 minggu. Namun, vaksinasi ini tidak memiliki kemampuan yang baik untuk menangkal silang (cross protection) antarserotipe. Vaksinasi fowl cholera hidup (strain m-9) juga bisa digunakan.
Pengobatan dengan obat sulfa dan antibiotic akan menurunkan tingkat kematian. Namun, jika pengobatan ini dihentiakn, kematian akan terjadi lagi. Obat dan antibiotic yang umum digunakan adalah sulfadimethoxine, erythromycin, streptomycin, dan penicillin.
· Infectious Coryza
Penyebab bakteri Hemophilus paragallinarum.
Gejala penyakit coryza bisa menyerang secara ganas dalam waktu cukup lama jika terjadi komplikasi dengan penyakit lainnya, seperti infeksi Mycoplasma gallisepticum (Cronic Respiratory Disease). Infectious coryza menyerang secara cepat dengan tingkat morbidity (tingkat terserang) tinggi. Gejala ayam yang terserang penyakit ini adalah terjadi penyumbatan oleh exudates (lender yang mengental) pada lubang hidung, sehingga ayam selalu menggelengkan kepala berupaya membebaskan sumbatan (oculonasal dicharge). Terjadi congjutivitis atau peradangan dii saluran penghubung antara saluran pernapasan, adanya pembengkakan di daerah mata, yaitu daerah kelopak mata dan muka (terutama daerah sekitar cuping ayaam). Napas ayam menjadi berbunyi dan ayam mengalami diare.
Pencegahan bakteri tersebut bisa dihancurkan dengan desinfektan atau antibiotik yang terdiri dari spectinomycin, furoxone, neomycin, novobiocin, dan tetracycline. Vaksinasi dengan menggunakan bakteri dapat digunakan untuk meningkatkan kekebalan tubuh ayam. Ayam dara (pullet) yang dipelihara dengan sistem umur banyak (multiple age) dan pernah terinfek disarankan divaksinasi dua kali dengan interval 3-5 minggu.
Pengobatan dengan beberapa preparat sulfonamides dan antibiotik dapat dilakukan melalui pakan atau air minum. Ayam akan memberikan respon yang baik, tetapi akan kambuh lagi jika pengobatan dihentikan. Beberapa obat dan antibiotic yang sering digunakan adalah streptomycin, erythromycin, spectinomycin, sulfadime-thoxine, dan tylosin tartrate.
· Avian Colibacillosis (Eschericia coli Infection)
Penyebab Escheria coli, menyerang secara tunggal atau sebagai penyakit ikutan.
Gejala Avian Colibacillosis merupakan penyakit yang umum menyerang ayam pada segala umur. Ayam yang terserang penyakit ini sering mengalami sakit parah (outbreaks), terutama di farm yang sistem sanitasinya sangat rendah. Infeksi sering terjadi pada ayam muda berumur di bawah tiga minggu. Infeksi ini meliputi penyakit hjarre’s, coligranuloma, peritoritis, salpingitis, synovitis, omphalitis, dan airsacculitis.
Pencegahan dilakukan sejak pembibitan, caranya dengan mengurangi telur tetas yang terkontaminasi Escherichia coli melalui fumigasi di farm pembibitan selama masa penyimpanan. Prosedur sanitasi dan fumigasi di hatchery harus dijalankan dengan baik. Selain itu, upaya yang bisa dilakukan adalah meningkatkan program sanitasi, menghindari penyebab ayam menjadi stres, serta mengontrol debu. Pakan, air minum, dan litter harus bebas dari kontaminasi Escherichia coli.
Pengobatan yang digunakan untuk mengobati penyakit ini diantaranya furazolidone, tetracycline, neomycin, dan obat-obatan sulfa. Pengobatan akan efektif jika diberikan ketika ayam mulai terinfeksi. Dosis dan lama pengobatan disesuaikan dengan rekomendasi produsen obat.
· Pullorum Disease (berak putih atau Bacillary white Diarrhea)
Penyebabnya adalah bakteri Salmonella pullorum.
Gejala yang khas adalah adanya diare yang berwarna putih, sementara anak ayam masih berada dalam inkubator, terjadi penyebaran vertical melalui telur yang terinfeksi maupun penyebaran yang bersifat horizontal.
Pencegahan umumnya dilakukan fumigasi terhadap inkubator dan telur yang ditetaskan dengan menggunakan gas formaldehyde yang diikuti dengan sanitasi yang teliti yang dilakukan diantara periode penetasan.Di Amerika Serikat dilakukan gerakan pengujian darah tahunan dari kelompok-kelompok bibit ayam unuk membasmi sumber infeksi. Dengan cara melenyapkan kemungkinan penyebaran secara vertikal, pullorum sudah hamper terbasmi di Amerika Serikat.
· Tifoid Unggas (Fowl Typhoid)
Penyebabnya aalah organism-organisme Salmonella gallinarum.
Gejalanya terdapat luka/lesi yang hampir sama dengan gejala penyakit pullorum. Penyakit ini umumnya menyerang anak ayam yang baru menetas atau ayam muda. Selain ayam muda, penyakit ini juga menyerang ayam dewasa. Gejala yang tampak pada ayam dewasa diantaranya di daerah kepala pucat (pale) terutama jengger, pial, dan muka serta sering mengalami diare. Kematian pada ayam dewasa bisa terjadi secara tiba-tiba, tanpa menunjukkan gejala penyakit terlebih dahulu. Tingkat kematian pada flock yang tidak diobati bisa mencapai 50%.
Pencegahan dengan sanitasi pembibitan yang baik dan pembasmian ayam dewasa yang terinfeksi, dan pengobatan menggunakan furazolidone.
D. Virus
· Avian encephalomyelitis (AE; Epidemic Tremor)
Penyebab infeksi picornavirus
Gejala menyerang ayam pada umur 1-3 minggu, ayam yang terserang AE bisa mengalami kelumpuhan. Kepala dan leher terlihat bergetar. Gejala tersebut bisa terlihat sejak telur menetas, tetapi biasanya terlihat pada minggu pertama dan ketiga.
Pencegahan DOC yang dihasilakan dari pembibitan harus berasal dari induk yang memiliki kekebalan cukup mampu memberikan perlindungan dari penyakit tersebut. Ayam bibit harus diberi vaksin AE agar memiliki kekebalan tubuh yang baik, sehingga DOC yang dihasilkan terhindar dari penyakit ini. Memberikan vaksinasi killed atau live merupakan cara paling efektif untuk mencegah penyakit ini. Pengobatan belum ada yang efektif untuk AE.
· Infectious Bronchitis (IB)
Penyebab Coronavirus
Gejala anak ayam yang terserang penyakit IB akan mengalami gangguan pernapasan seperti batuk, napas terengah-engah, bersin, dan mata berair. Anak ayam yang terserang IB akan menampakkan gejala lemah, depresi, dan bergerombol dekat pemanas. Penyebaran penyakit ini sangat cepat dan bisa menyebabkan kematian yang tinggi (50-60%).
Pencegahan dilakukan melalui vaksinasi yang dimulai sejak periode brooding sampai periode laying. Vaksin yang digunakn harus sesuai dengan umur, tipe ayam, dan daerahnya. Pengobatan belum ada yang efektif untuk IB.
· Infectious Bursal Disease (IBD; Gumboro Disease)
Penyebab Gumboro adalah virus dsari famili birnaviridae. Viral genome memiliki double pita segmen RNA.
Gejala terutama menyerang anak ayam umur 3-6 minggu. Anak ayam yang terserang penyakit ini akan mengalami diare, berak berwarna putih seperti pasta, mematuk-matuk dubur, mengantuk dan terjadi pembengkakan di bagian bursa fabricius (2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan bentuk normal), serta terjadi penurunan tingkat kekebalan.
Pada kasus outbreak di lapangan sering terjadinya perdarahan di bagian paha dan pectoral, serta sambungan antara proventriculus dengan ventriculus (ampela). Terjadi pembengkakan di organ tubuh, terutama ginjal. Saluran ureter akan berisi uretes. Mendiagnosis penyakit ini biasanya menggunakan serologic testing dengan bahan gel precipitin, virus neutralization, atau ELIZA test.
Pencegahan dilakukan dengan cara member vaksin gumboro dengan susu skim yang dicampur air sebagai pelarut. Pemberian vaksin kepada ayam breeding pada masa pertumbuhan dan dewasa biisa meningkatkan sistem kekebalan induk dan anak ayam (DOC).
Pengobatan belum ada yang efektif untuk menyembuhkan penyakit ini.
· Infectious Laryngotracheitis (LT;ILT;Laryngotracheitis)
Penyebab Tarpia avium yang berupa virus herpes spesifik.
Gejala penyakit ini adalah ayam mengalami batuk, yang kadang-kadang disertai darah. Ayam sering menggeleng–gelengkan kepala. Bagian trakhea tersumbat oleh exudat, sehingga ayam susah bernapas. Akibatnya, kepala ayam sering dijulurkan ke atas dan napasnya akan berbunyi panjang. Gejala ini merupakan cirri khas ayam terinfeksi ILT. Sering dijumpai adanya perdarahan di bagian paruh, kotoran, dan bulu. Di daerah trakhea terajadi laryngotracheitis, sering diikuti dengan adanya exudates berdarah. Penebalan tampak di daerah bronchi dan kantung udara. Pada ayam mati akan terdapat pseudomembrane atau penyumbatan berupa keju di trakhea.
Pencegahan bisa dilakukan dengan melaksanaka vaksinasi. Pengobatan belum ada yang dapat menyembuhkan penyakit ILT.
· Infectious Stunting Syndrom (Helicopter Disease)
Penyebab Avian calicivirus dari golongan caliciviridae.
Gejala virus ini terdapat dalam usus kecil yang mengakibatkan gangguan efisiensi penyerapan zat makanan pada ayam, terutama ayam pedaging. Gejala yang mencolok terjadi pada bullu dan bentuk badan. Bulu sayap tampak tidak normal dan tidak beraturan. Hal ini disebabkan pangkal bulu primer patah sehingga bulu-bulu mencuat seperti baling-baling. Anyam yang terserang penyakit ini mengalami keterlambatan pertumbuhan (stunted) setelah 1-2 minggu terinfeksi virus ini. Akibatnya, berat badan ayam bisa turun 40% dibawah standar.
Pencegahan dilakuakn dengan meningkatkan standar sanitasi. Ayam yang terdektesi terkena ISS harus segera dimusnahkan. Pengobatan belum ada obat yang efektif untuk menyembuhkan penyakit ini.
· Marek’s Disease
Penyebab Hervesvirus
Gejala penyakit ini biasanya menyerang ayam muda yang berumur 2-7 bulan. Namun, bisa juga menyerang anak ayam yang berumur sekitar 3 minggu. Penyakit ini telah menyebar ke seluruh dunia dan menimbulkan banyak kematian. Terdapat tumor visceral (organ bagian dalam ayam) mengalami kelumpuhan dan mengalami kebutaan akibat infiltrasi limpoid pada iris.
Terjadi 4 perbedaan pada lesi sebagai berikut :
1. Terdapat pembesaran yang kasar pada saraf peripheral.
2. Terjadi pelunturan warna pada iris.
3. Terdapat pembesaran pada folikel bulu dengan warna kemerahan (skin leucosis).
4. Terdapat tumor pada alat pencernaan (visceral tumor) seperti di bagian hati, jantung, ginjal, gonad, limpa, dan proventriculus.
Pencegahan biasanya dilakukan dengan melaksanakan vaksinasi di hatchery. Revaksinasi tidak diperlukan karena kekebalan akibat vaksin akan berlangsung cukup lama. Vaksin yang umum digunakan berisi turkey harpesvirus (serotipe 3). Penggunaan vaksin bivalent yang berisi turkey harpesvirus (serotipe 2) direkomendasikan untuk mencegah serangan virus sangat ganas. Pengobatan belum ada obat yang efektif untuk penyakit ini.
· Newcastle Disease (ND; Tetelo; Avian pneumoencephalitis)
Penyebab virus ND dari family paramyxovirus
Gejala berdasarkan sifat keganasannya (patogen), penyakit ND diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bersifat ringan (lentogenic), ayam yang terinfeksi ND tidak menampakkan gejala sakit atau hanya sedikit dan menyebabkan sedikit kematian atau tidak ada sama sekali.
2. Bersifat sedang (mesogenic) biasanya menyerang anak ayam yang ditandai dengan gejala adanya gangguan pernapasan, nervous, dan tingkat kematian tinggi. Serangan pada ayam produksi bisa menyebabkan penurunan produksi yang drastis.
3. Bersifat ganas (velogenic atau neurotropic) menyerang ayam secara tiba-tiba dan bersifat ganas atau akut. Gejala yang tampak adalah adanya gangguan pernapasan (ngorok), diare, leher berputar (torticolis), dan kelumpuhan yang diikuti dengan kematian.
4. Bersifat sangat ganas (viscerotropic velogenic, exotic ND, dan Asiatic tipe) menyerang ayam sangat virulent dan tingkat kematian tinggi. Gejala yang tampak adalah adanya gangguan pernapasan, nervous, pergerakan leher memutar dan tidak terkontrol, serta ayam mati mendadak.
Pencegahan dilakukan dengan cara memberikan vaksin ND. Vaksin untuk melawan ND biasanya dibuat dari virus jenis ringan (lentogenic) dan sedang (mesogenic). Vaksin ini akan memberikan proteksi terhadap semua bentuk ND. Pengobatan belum ada yang efektif untuk mengobati penyakit ini.
· Avian influenza (flu burung)
Penyebab virus flu burung seperti H5N1, H5N2, H7N1, atau H7N7.
Gejala penyakit ini menyerang bagian pernapasan atau sistem saraf. Tingkat kematian ini bisa mencapai 100 %. Karena itu Avian influenza disebut sebagai highly pathogenic avian influenza (HPAI) atau tanpa diikuti kematian (low pathogenic avian influenza). Ayam yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk, bersin, mata berair, dan terjadi sinusitis, jengger tampak layu serta bagian kaki, kepala, dan cuping terdapat bercak akibat terjadinya perdarahan di jaringan kulit. Terjadi pembengkakkan (edema) di bagian kepala dan muka. Tingkat kematian ayam akibat penyakit ini sangat tinggi, bahkan semua ayam di suatu kawasan peternakan ayam yang terserang harus dimusnahkan (stamping out).
Pencegahan dengan menjalankan program sanitasi (biosecurity) yang ketat dan melakukan vaksinasi. Selain itu, menerima bibit ayam (DOC) dari pembibitan juga harus bebas dari penyakit flu burung. Tidak menerima tamu, ayam, atau unggas lainnnya, kendaraan, dan peralatan dari daerah atau kawasan yang diduga terinfeksi flu burung.
Jika kawasan sudah terinfeksi flu burung, tindakan yang ahrus segera dilakuakn adalah mengisolasi kawasan atau lokasi usaha peternakan ayam tersebut, memusnahkan semua ayam yang terinfeksi, serta melarang semua peralatan, orang, dan kendaraan lalu lalang ke daerah yang terserang. Melakukan program sanitasi (biosecurity) yang ketat dan mengistirahatkan farm yang terinfeksi sampai virus tersebut dinyatakan bebas. Pengobatan belum ada yang efektif untuk mengobati penyakit ini.
· Fowl pox
Penyebab virus Borrelota avium
Gejala menyerang segala umur ayam dan menyebar kea yam secara berlahan. Terdapat luka (keropeng) di kulit yang tidak ditumbuhi bulu seperti kepala, leher, dan kaki. Terdapat luka serius di bagian atas saluran pencernaan dan saluran pernapasan.
Terdapat 2 bentuk penyakit cacar sebagai berikut :
1. Cutaneous type (dry pox), yaitu cacar yang menyerang berbentuk luka keropeng ditemukan didaerah jengger, pial, sekitar mata, dan lubang telinga.
2. Diphtheritic type (wet pox), yaitu cacar yang menyerang daerah permukaan yang basah di bagian dalam seperti mulut, lidah, tenggorok, saluran hidung, dan kadang-kadang daerah tembolok. Cacar ini berwarna kekuningan, berbentuk seperti kanker, dan berbentuk luka mengkeju.
Pencegahan dapat dilakukan melalui vaksinasi. Vaksinasi dilakukan dengan cara wing web menggunakan jarum bermata dua yang sebelumnya dicelupkan di dalam vaksin fowl pox tersebut. Pengobatan belum ada yang efektif untuk mengobati penyakit cacar.
PROGRAM VAKSINASI
Vaksin adalh bibit penyakit yang telah dilemahkan untuk membuat rangsangan terhadap tubuh untuk membentuk antibody. Vaksinasi adalah suatu cara untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu, yaitu dengan jalan memasukkan vaksin ke dalam tubuh ternak.
Program vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit disuatu kawasan peternakan ayam. Semua program vaksinasi dibuat berdasarkan sejarah penyakit dipeternakan tersebut atau diwilayah sekitarnya. Program vaksinasi meliputi beberapa hal sebagai berikut.
a. Tipe vaksin
1. Vaksin Virus hidup
Virus dalam vaksin masih hidup dan memiliki kemampuan yang lengkap untuk menghasilkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit sehingga bisa menangkal penyakit yang menyerang tubuh ayam.
2. Vaksin yang dilemahkan (Attenuated Vaccine)
Vaksin dibuat dengan cara melemahkan organism aktif, sehingga ketika diberikan kepada ayam akan menghasilakan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dalam bentuk yang lebih ringan.
3. Vaksin yang dimatikan (Killed Vaccine)
Organisme yang digunakan untuk menghasilkan vaksin telah dimatikan dan tidak memiliki kemampuan untuk menularkan penyakit kepada ayam. Namun, memiliki kemampuan untuk memproduksi antibody ketika vaksin digunakan.
b. Cara melaksanakan vaksinasi
1. Tetes mata (intra ocular)
Melaksanakan vaksinasi dengan cara meneteskan vaksin ke mata ayam.
2. Tetes hidung (intra nasal)
Melaksanakn vaksinasi dengan cara meneteskan vaksin ke dalam lubang hidung
3. Melalui mulut atau cekok (oral)
Melaksanakan vaksinasi melalui mulut dengan cara cekok. Memberikan vaksin dengan cara ini sama dengan memberikan vaksin melalui air minum. Perbedaannya, vaksinasi dilakukan pada ayam secara individu, sehingga setiap ayam mendapatkan dosis vaksin yang sama.
4. Suntik daging (intramuscular)
Vaksinasi dilaksanakan dengan cara menyuntikakn vaksin ke dalam daging biasanya bagian dada atau paha. Vaksin yang disuntikkan bisa berupa vaksin live atau vaksin killed.
5. Suntik bawah kulit (subcutaneous)
Vaksinasi dilaksanakan dengan cara menyuntikkan vaksin dibawah kulit, biasanya di sekitar leher.
6. Melalui air minum (Dringking water)
Vaksinasi diberikan melalui air minum. Air yang digunakan untuk melarutkan vaksin harus bersih dan bebas klorin. Peralatan yang dipakai harus bebas dari desinfektan lebih dari dua hari, vaksin bisa diperpanjang umurnya dengan cara menambahkan 2-3 gram skim per liter air, tergantung dari kondidi air.
7. Penyemprotan (Spray)
Cara ini sering digunakan untuk menvaksin ayam yang baru berumur 1 hari. Sebelum ayam dimasukkan ke dalam pemanas, alat semprot yang akan digunakan sudah terpasang sehingga box ayam bisa langsung dimasukkan ke dalam kotak sprayer. Setelah semua komponen siap, vaksinasi segera dilaksanakan dengan cara menyemprotkan vaksin sebanyak 1-2 kali. Aplikasi vaksinasi untuk ayam besar dilakukan dengan menggunakan sprayer khusus. Aplikasi ini akan lebih efektif jika dilakukan di lingkungan yang terkontrol atau tidak banyak angin.
8. Tusuk jarum (Wing web)
Vaksinasi dilaksanakan dengan cara menusukkan jarum sekitar selaput sayap ayam dari arah bagian dalam sayap.
9. Melalui pakan (Feeding)
Vaksinasi dilaksanakan dengan cara mencampur vaksin ke dalam pakan ayam. Cara ini biasanya digunakan untuk pengaplikasian vaksin cocci. Pakan yang dipakai harus bebas dari preparat anticocci (amprolium, sulfaquinoxaline, dan preparat sulfa lainnya).
c. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika melaksanakn vaksinasi
1. Kondisi ayam
Ø Ayam harus sehat
Ø Ketika melaksanakan vaksinasi, ayam harus diperlakukan secara hati-hati agar terhindar dari stres fisik berlebihan.
Ø Pelaksanaan vaksinasi harus sesuai dengan rekomendasi.
2. Jadwal vaksinasi
Ø Mengetahui waktu penyakit biasa menyerang, sehingga vaksinasi dilakukan sebelum penyakit tersebut menyerang.
Ø Jenis vaksin yang akan digunakan
Ø Umur ayam yang akan divaksin
Ø Tanggal rencana pelaksaan vaksin
3. Laporan kegiatan vaksinasi
Ø Tanggal pelaksanaan vaksin harus dicatat sebagai bahan untuk mengontrol hasil vaksinasi dan administrasi.
Ø Nama perusahaan dan nomor seri vaksin dicatat untuk memudahkan kontrol dan komplain jika ada masalah dengan vaksinasi.
Ø Nama pelaksana vaksinasi harus dicatat karena kegagalan vaksinasi juga bisa disebabkan kesalahan pelaksana.
d. Menghindari faktor yang bisa mematikan vaksin
Ø Sinar matahari langsung
Ø Panas yang ditimbulakan dari bara rokok. Karena itu, ketika sedang melakukan vaksinasi, petugas sebaiknya tidak merokok.
Ø Deterjen dan desinfektan
Ø Pencampuran vaksin seperti mencampur vaksin live dengan pelarut, lalu dikocok dengan keras. Tindakan yang benar adalah mencampur vaksin dengan pelarut, lalu secara perlahan digoyang dengan gerakan tangan membentuk angka delapan.
Ø Pelaksaan vaksinasi tidak sesuai dengan prosedur
Ø Penyimpanan tidak sesuai dengan rekomendasi produsen vaksin. Contoh, vaksin harus disimpan di tempat yang memiliki temperatur 4-80C tetapi pada pelaksanaanya vaksin dismpan di freezer yyang temperaturnay kurang dari 00C.
e. Perlakuan Pascavaksin
Ø Memberikan vitamin selama 3-5 hari, tergantung dari kondisi ayam.
Ø Memusnahkan bekas vaksin. Botol atau bekas vaksin lainnay direbus atau dibakar. Peralatan vaksin seperti vaksination gun harus segera dibersihakn dan direbus.
Daftar pustaka:
Blakely, James dan Bade, David. 1998. Ilmu Peternakan. Terjemahan Edisi ke-4. Yogyakarta : UGM Press.
Fadilah, Roni dkk. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Jakarta : Agromedia Pustaka.